Archive for Agustus 2013
Minggu, 04 Agustus 2013
Pada suatu hari Peter dan Tina sedang
duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun, hanya memandang langit
sementara sahabat-sahabat mereka sedang asyik bercanda ria dengan kekasih
mereka masing-masing.
Tina: ‘Duh bosen banget. Aku harap aku
juga punya pacar yang bisa berbagi waktu denganku.’
Peter: ‘kayaknya cuma tinggal kita
berdua deh yang jomblo. cuma kita berdua saja yang tidak punya pasangan
sekarang.’ (keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)
Tina: ‘Kayaknya aku ada ide bagus deh.
kita adakan permainan yuk?’
Peter: ‘Eh? permainan apaan?’
Tina: ‘Eng… gampang sih permainannya.
Kamu jadi pacarku dan aku jadi pacarmu tapi hanya untuk 100 hari saja. gimana
menurutmu?’
Peter: ‘baiklah… lagian aku juga gak ada
rencana apa-apa untuk beberapa bulan ke depan.’
Tina: ‘Kok kayaknya kamu gak terlalu
niat ya… semangat dong! hari ini akan jadi hari pertama kita kencan. Mau
jalan-jalan kemana nih?’
Peter: ‘Gimana kalo kita nonton saja?
Kalo gak salah film The Troy lagi maen deh. katanya film itu bagus’
Tina: ‘OK dech…. Yuk kita pergi
sekarang…. ntar pulang nonton kita ke karaoke ya… ajak aja adik kamu sama
pacarnya biar seru.’
Peter : ‘Boleh juga…’
(mereka pun pergi nonton, berkaraoke dan
Peter mengantarkan Tina pulang malam harinya)
Hari ke 2:
Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk
ngobrol dan bercanda di kafe, suasana kafe yang remang-remang dan alunan musik
yang syahdu membawa hati mereka pada situasi yang romantis. Sebelum pulang
Peter membeli sebuah kalung perak berliontin bintang untuk Tina.
Hari ke 3:
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk
mencari kado untuk seorang sahabat Peter. Setelah lelah berkeliling pusat
perbelanjaan, mereka memutuskan membeli sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu
mereka beristirahat duduk di foodcourt, makan satu potong kue dan satu gelas
jus berdua dan mulai berpegangan tangan untuk pertama kalinya.
Hari ke 7:
Bermain bowling dengan teman-teman
Peter. Tangan tina terasa sakit karena tidak pernah bermain bowling sebelumnya.
Peter memijit-mijit tangan Tina dengan lembut.
Hari ke 25:
Peter mengajak Tina makan malam di Ancol
Bay. Bulan sudah menampakkan diri, langit yang cerah menghamparkan ribuan
bintang dalam pelukannya.
Mereka duduk menunggu makanan, sambil
menikmati suara desir angin berpadu dengan suara gelombang bergulung di pantai.
Sekali lagi Tina memandang langit, dan melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan
suatu permintaan dalam hatinya.
Hari ke 41:
Peter berulang tahun. Tina membuatkan
kue ulang tahun untuk Peter. Bukan kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang
yang mulai timbul dalam hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yang terbaik.
Peter terharu menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup
lilin ulang tahunnya.
Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik
halilintar, makan es krim bersama, dan mengunjungi stand permainan. Peter
menghadiahkan sebuah boneka teddy bear untuk Tina, dan Tina membelikan sebuah
pulpen untuk Peter.
Hari ke 72:
Pergi Ke PRJ. Melihat meriahnya pameran
lampion dari negeri China. Tina penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda
peramal. Sang peramal hanya mengatakan ‘Hargai waktumu bersamanya mulai
sekarang’. Kemudian peramal itu meneteskan air mata.
Hari ke 84:
Peter mengusulkan agar mereka refreshing
ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi karena bukan waktunya liburan bagi orang
lain. Mereka melepaskan sandal dan berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan
tangan,merasakan lembutnya pasir dan dinginnya air laut menghempas kaki mereka.
Matahari terbenam, dan mereka berpelukan
seakan tidak ingin berpisah lagi.
Hari ke 99:
Peter memutuskan agar mereka menjalani
hari ini dengan santai dan sederhana.
Mereka berkeliling kota dan akhirnya
duduk di sebuah taman kota.
15:20 pm
Tina: ‘Aku haus. Istirahat dulu yuk
sebentar. ‘
Peter: ‘Tunggu disini, aku beli minuman
dulu. Aku mau teh botol saja. Kamu mau minum apa?’
Tina: ‘Aku saja yang beli. kamu kan
capek sudah menyetir keliling kota hari ini. Sebentar ya’
Peter mengangguk. kakinya memang pegal
sekali karena dimana-mana Jakarta selalu macet.
15:30 pm
Peter sudah menunggu selama 10 menit and
Tina belum kembali juga.
Tiba-tiba seseorang yang tak dikenal
berlari menghampirinya dengan wajah panik.
Peter : ‘Ada apa pak?’
Orang asing: ‘Ada seorang perempuan
ditabrak mobil. Kayaknya perempuan itu adalah temanmu’
Peter segera berlari bersama dengan
orang asing itu. Disana, di atas aspal yang panas terjemur terik matahari
siang, tergeletak tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya.
Peter segera melarikan mobilnya membawa Tina ke rumah sakit terdekat. Peter
duduk diluar ruang gawat darurat selama 8 jam 10 menit. Seorang dokter keluar
dengan wajah penuh penyesalan.
23:53 pm
Dokter: ‘Maaf, tapi kami sudah mencoba
melakukan yang terbaik. Dia masih bernafas sekarang tapi Yang kuasa akan segera
menjemput. Kami menemukan surat ini dalam kantung bajunya.’
Dokter memberikan surat yang terkena
percikan darah kepada Peter dan dia segera masuk ke dalam kamar rawat untuk
melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi terlihat damai. Peter duduk disamping
pembaringan tina dan menggenggam tangan Tina dengan erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya Peter
merasakan torehan luka yang sangat dalam di hatinya. Butiran air mata mengalir
dari kedua belah matanya. Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis
Tina untuknya.
Surat Untuk Peter
Dear Peter…
ke 100 hari kita sudah hampir berakhir.
Aku menikmati hari-hari yang kulalui bersamamu. Walaupun kadang-kadang kamu
jutek dan tidak bisa ditebak, tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan
dalam hidupku. Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yang berharga dalam
hidupku. Aku menyesal tidak pernah berusaha untuk mengenalmu lebih dalam lagi
sebelumnya. Sekarang aku tidak meminta apa-apa, hanya berharap kita bisa
memperpanjang hari-hari kebersamaan kita. Sama seperti yang kuucapkan pada bintang
jatuh malam itu di pantai, Aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku.
Aku ingin menjadi kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada
disisiku seumur hidupku. Peter, aku sangat sayang padamu.
23:58
Peter: ‘Tina, apakah kau tahu harapan
apa yang kuucapkan dalam hati saat meniup lilin ulang tahunku? Aku pun berdoa
agar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya. Tina, kau tidak bisa
meninggalkanku! Jari yang kita lalui baru berjumlah 99 hari! Kamu harus bangun
dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama! Aku juga sayang padamu,
Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku kesepian! Tina, Aku sayang
kamu…!